Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Minggu, 29 Mei 2011

" MUHAMMAD SEBAGAI PEDAGANG "

Selain sebagai seorang nabi yang menerima wahyu dari Allah swt. Muhammad adalah manusia biasa yang membutuhkan makan, minum, bahkan bekerja. Kelahirannya di Mekkah dan di lingkungan para saudagar, seperti pamannya: Abu Thalib, telah membuat Muhammad belajar menjadi pedagang yang sukses. Sejak umur 12 tahun, beliau sudah mengikuti pamannya berdagang hingga Yaman dan Yastrib (Madinah).

Semangat berdagang itu, ternyata terus tumbuh hingga Muhammad bertemu Khadijah, salah seorang saudagar perempuan kaya di Mekkah. Beliau dipercaya Khadijah untuk menjual dagangannya ke berbagai daerah (salah satunya ke Syam), bersama salah seorang pembantu Khadijah bernama Maesaroh. Cara berdagang Muhammad sangat disukai oleh Khadijah, sebab setiap transaksinya dengan pembeli selalu dilakukan secara jujur, adil, dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh, apalagi kecewa.

Dalam berdagang, misalnya saat perjanjian menyediakan barang dagangan, Muhammad selalu menepati janji dan mengantarkan barang sesuai dengan standar kualitas yang diminta pelanggan. Beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawab terhadap setiap transaksi yang dilakukan.
 
Model berdagang Muhammad yang penuh dengan akhlak karimah ini sering dijadikan panduan bagi pelaku bisnis syariah. Mereka menganggap bahwa cara-cara bisnis dilakukan oleh Muhammad adalah cara-cara yang sangat beradab dan bermoral, tanpa ada penipuan, penzoliman, apalagi eksploitasi terhadap kelemahan orang lain untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.

Menurut beberapa kalangan, bisnis yang dibangun oleh Muhammad secara tidak langsung juga membangun kebersamaan dan penghormatan atas hak orang lain, dalam hal ini pembeli (pelanggan), maupun penjual yang lain (pesaing). Karenanya, tak heran jika Muhammad sering mendapatkan berbagai macam julukan kontemporer, berkaitan dengan bisnis.

1. Muhammad sebagai Syariah Marketer
 Rahasia keberhasilan dalam dagangan, jika dilihat dari perilaku perdagangan Muhammad adalah sikap jujur dan adil dalam mengadakan hubungan dagang dengan pelanggan, serta pesaing.

2. Muhammad sebagai pedagang professional
Muhammad selalu melakukan pekerjaan bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan, bukan juga untuk menjadi seorang jutawan. Akan tetapi usaha dagang yang beliau lakukan adalah sebuah ibadah yang dikerjakan secara professional, sehingga tidak menimbulkan keluhan, kekecewaan, bahkan konflik dengan pelanggan.

3. Muhammad sebagai pembisnis yang jujur
Dalam sejarah Mekkah pada masa itu, Muhammad telah mengikis habis transaksi-transaksi dagang dari segala macam praktek yang mengandung unsur-unsur penipuan, riba, judi, eksploitasi, dan pengambilan keuntungan yang berlebihan. Beliau juga melakukan standarnisasi mutu maupun timbangan dan ukuran barang dagangan.

4. Muhammad menghindari bisnis haram
Niat Muhammad dalam bekerja sebagai berdagang adalah untuk ibadah kepada Allah. Karenanya, beliau selalu menghindari keuntungan yang dilarang atau haram bagi sebuah perdagangan.

5. Muhammad dengan penghasilan halal
Kekonsistenan Muhammad untuk menghindari keuntungan yang haram itu telah menghasilkan sebuah profit yang proporsional dan halal bagi kehidupan keluarga beliau.

Kebanyakan dari kita sering beranggapan atau melihat sosok Nabi Muhammad sebagai seorang tokoh besar dunia yang hidup seadanya, tidak kaya dan tidak sukses dalam bisnis. Akan tetapi, sesungguhnya beliau adalah pedagang yang handal dengan kemampuan berdagangnya, sehingga mampu mendapatkan keuntungan dengan modal nominal, nol. Bayangkan saja, dalam sebuah riwayat, mahar pernikahan Muhammad dengan Khadijah adalah seratus ekor onta. Onta adalah alat transportasi utama dan paling mahal pada zamannya. Jika kita nominalkan, saat ini, misalnya setara dengan sebuah mobil seharga Rp300 juta, maka mahar pernikahan tersebut adalah Rp 30 milyard. Secara logis, tentu kekayaan Muhammad lebih dari itu.